Menoro.id – Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Muhammad Habibur Rochman, dari Fraksi Partai NasDem menyebutkan hampir seluruh pakar politik dan juga kalangan akademisi bahwa hasil pemilu legislatif pada tahun 2024 terburuk sepanjang sejarah karena tingginya angka money politic. Hal itu diungkapkan Wakil Rakyat Daerah Pemilihan (Dapil) VIII Jawa Timur, saat menghadiri kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih tahap kedua dalam rangka persiapan dan pascapemilihan tahun 2024 di salah satu hotel di Kota Mojokerto, Minggu (17/11/2024).
Juga hadir Komisoner KPU Kabupaten Mojokerto, Bawaslu Kabupaten Mojokerto, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pengawasan Kecamatan (Panwascam) se-Kabupaten Mojokerto. Dalam kegaiatan anggota Komisi II DPR RI ini, tidak tampak perwakilan Pemerintah Kota dan Kabupaten Mojokerto, Polres Mojokerto Kota, Polres Mojokerto dan Kodim 0815 Mojokerto.
Saudara kandung Calon Bupati Mojokerto Muhammad Albarraa atau yang akrab disapa Gus Barraa, ini menyampaikan kepada peserta kegiatan bahwa terkadang harus berpikir kedepan terkait dampak dan pengaruh. “Ini akan menjadi situasi yang kurang kondusif karena apa bapak ibu, sama-sama kita ketahui bahwasanya kurang 10 hari lagi kita akan mengadakan pilkada serentak se-Indonesia. Lah kenapa saya memilih bapak ibu yang menjadi peserta, ini paling tidak bapak ibu. Kita semua yang hadir disini memiliki tanggung-jawab untuk sama-sama menyukseskan pilkada yang dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024,” jelas pria yang akrab disapa Gus Habib ini.
Gus Habib berharap dari kegiatan ini, dapat bekerjasama kolektif untuk menyampaikan pada masyarakat bagaimana untuk mengajak masyarakat untuk memilih yang baik dan benar. “Artinya apa, tidak hanya pemahaman-pemahaman (mohon maaf) hari ini yang terkenal dengan NPWP. Pasti tepang jenengan, NPWP niku nopo atau bahasa Inggris-nya niku money politic,” ungkap Gus Habib. Putra pengasuh pondok pesantren Amanatul Ummah, K.H. Asep Saifuddin Chalim, berharap kedepan kualitas demokrasi semakin baik dan lebih baik.
“Bahwa orientasinya buikan lagi untuk golongannya sendiri dan lain-lain. Kedepan bagaimana menghasilkan seorang kepala daerah yang betul-betul mengerti nasib masyarakat dan pembangunan, khususnya di Kabupaten Mojokerto,” kata Gus Habib.
Sambil melihat Ketua KPU Kabupaten Mojokerto yang berada disisi kanannya, Gus Habib sambil tertawa mengatakan, lumayan gawe konco-konco ngopi. “Paling boten, iso ngopi karo rokokan nang warung lak ngoten bapak ibu inggih,” ujar Gus Habib. Pernyataan Wakil Rakyat ini mendapat tepuk tangan dari peserta kegiatan. “Tambahi Gus,” sahut salah satu peserta. “Opo pak, tambahi. Waduh, ngko lek ditambahi ngko iso dadi fitnah. Kenapa saya mengundang dari unsur Bawaslu dan Panwascam, supaya tidak ada dusta diantara kita,” jelas Gus Habib.
Dalam sesi tanya jawab, Bagio dari Panwascam Bangsal, menanyakan pernyataan Gus Habib terkait pemilu yang terburuk karena money politic. “Apakah Gus Habib termasuk didalamnya itu,” tanya Bagio. “Jadi begini pak Bagio, sebetulnya itu kan yang disampaikan pakar politik ya dan juga pengamat politik. Pemilu 2024 itu pemilu terburuk, mungkin saya melihat dari sisi apa ya. Eeehhh mohon maaf, jadi money politic ini menjadi sesuatu yanag amat kompleks,” jawab Gus Habib.
Politisi Partai NasDem ini menjelaskan, demokrasi kita ini bernuansakan demokrasi Pancasila artinya rakyat itu, negara menempatkan masyarakat itu menjadi penentu yang nantinya kan siapa yang dipilih. “Nah kadang kala, ini erat kaitannya dengan permasalahan ekonomi. Jadi mohon maaf, apabila contoh jelas itu di Surabaya. Ada perumahan-perumahan elit ada Singapura dan Citraland. Mereka ada pemilu, gak ada pemilu, gak ngaruh, tapi kemudian kita juga tidak menyalurkan hak pilihnya bapak ibu. Karena apa, ya mungkin bagi mereka kalau sekedar uang yang mungkin buat apa. Disatu sis berguna bagi orang yang membutuhkan, mungkin kemarin itu teman-teman caleg khususnya margin error-nya besar-besar. Ini money politic yang luar biasa, kalau semisal saya dibilang money politic atau tidak, ya saya juga artinya tahu dengan kondisi kebatinan masyarakat. Dan saya juga tahu apa yang terjadi ketika saya sendiri tidak melakukan itu, tapi yang saya tanamkan ke diri saya. Mau ada pemilu, gak ada pemilu, bagi saya sedekah itu wajib,” jelas Gus Habib kepada pak Bagio dan seluruh peserta. (newsroom)