Menoro.id – Meski sempat molor sekitar dua jam dari waktu yang dijadwalkan, Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Albarraa, hadir dan membuka kegiatan Rapat Kerja Cabang (Rakercab) Dewan Pengurus Cabang (DPC) Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasionalisme Indonesia (GMNI) Mojokerto di Balai Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Selain kader GMNI, juga tampak hadir Kepala Desa Sidoharjo, Rif’an Hanum, tokoh politik dari beberapa partai politik, dan Komisioner dari KPU serta Bawaslu Kabupaten Mojokerto.
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza ciptaan Wage Rudolf Supratman, dan Mars GMNI, Kades Sidoharjo secara resmi memberikan Sidoharjo Award kepada Wakil Bupati Mojokerto. Hanum menyebutkan, bahwa Wakil Bupati yang akrab disapa Gus Barraa adalah sosok Wakil Bupati Mojokerto dan Ketua Gerakan Pemuda Ansor yang top. “Perubahan mindset dalam berperilaku, berbangsa dan bernegara sangat penting dan dibutuhkan masyarakat saat ini,” tambah Hanum.
Salah satu alumni GMNI Mojokerto, Dody Faizal, berharap tetap mempertahankan adik-adik kita aktif di GMNI khususnya Mojokerto. Dody yang menjabat Komisioner Bawaslu Kabupaten Mojokerto di Divisi Penanganan Pelanggaran memberikan pidato terkait sejarah kelahiran Sukarno pada 6 Juni sebagai Putra Sang Fajar yang memberikan dasar-dasar kebangsaan. “Antara Sukarno dan Pancasila juga tidak lepas, dalam arti ada sambung. Ternyata menjadi peran penting Sukarno ketika pidato didepan Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Orde Baru mendistorsi apa yang menjadi pencapaian pada saat itu. Peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, terakhir pada tahun 1968. Dan pada tahun 1970 dinyatakan hari lahir Pancasila dilarang dilakukan, diganti Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 1970,” jelas Dody. Sedangkan Wakil Bupati Mojokerto dalam pidatonya didepan alumni dan kader GMNI menjelaskan, bahkan setelah ditetapkan sebagai Hari Pancasila dan yang mengusulkan Nahdlatul Ulama untuk dijadikan sebagai hari libur.
Gus Barraa manambahkan, menjadi tanggung-jawab kita bersama khususnya kader GMNI mengawal Pancasila karena dasar negara kita sudah final dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Putra K.H. Asep Saefuddin ini mencontohkan, negara-negara yang belum punya dasar negara seperti Lebanon, Mesir juga negara tua dan memiliki peradaban yang tinggi sejak zaman Fir’aun sampai saat ini masih memikirkan dasar negara sejak era Presiden Muhammad Hosni Said Mubarak dan Muhammad Mursi yang diwarnai revolusi.
Terkait di Indonesia, alumni Al Azhar University di Kota Kairo ini menjelaskan, bahwa semuanya ada didalam bingkai Pancasila yang perlu kita perjuangkan dan kita kawal. “Apabila kemudian ada pemikiran trans nasional masuk di Indonesia menjadi tanggung-jawab kita bersama. Pola pemikiran trans nasional telah terbukti memporak-porandakan negara-negara Semenanjung Arab, seperti peperangan di Syria, Iraq, Libya dan Lebanon,” tegas Gus Barraa. Masuknya pemikiran-pemikiran radikal, dinilai Gus Barraa sebagai pemikiran yang sengaja ditanam dan dimasukkan untuk memecah-belah negara-negara mayoritas Islam termasuk Indonesia.
Wakil Bupati Mojokerto sangat mengapresiasi tema Rakercab DPC PA GMNI Mojokerto, “Terus Berjuang Dengan Pemikiran, Terus Berpikir Dalam Perjuangan” menjadi sangat penting untuk berpikir dan berjuang khususnya kader GMNI. Bukan sekedar diteorikan, Gus Barraa mengajak untuk dipraktikkan sesuai pemikiran dengan berjuang demi kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain Rif’an Hanum dan Dody Faizal, juga hadir Sekretaris DPC PDIP Kota Mojokerto Ahmad Yustinus Ariyanto, Zainul Arifin Komisioner KPU Kabupaten Mojokerto Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia, eks Ketua KPU Kabupaten Mojokerto, Didk Hendro Puspito, yang mengundurkan diri pada bulan Agustus 2009 dan saat ini aktif sebagai pengurus di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Mojokerto, dan Solikhan Arif Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Gedeg. (newsroom)
